You are different. Julukan yang layak bagi pria dengan nama
sapaan Jamal. Pria kelahiran gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa
Kanreapia, memiliki segudang mimpi dan harapan untuk mengubah peradaban di
tanah kelahirannya. Niat dan panggilan jiwa mengetuk relung hati Jamal untuk menjadi
bagian dari kemajuan tempat tinggalnya.
Jamal, pemuda yang lahir dan dibesarkan di lingkungan
petani. Ayah ibunya berprofesi sebagai petani sayur. Latar belakang keluarga
sebagai petani, menjadi dorongan utama bagi Jamal dalam memantapkan niatnya
untuk berkontribusi pada kampung halamannya. Meski seorang anak petani, ia
tetap memperjuangkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah.
Tak hanya menamatkan pendidikan sarjananya, Jamal mampu membungkam cibiran
orang-orang, bahwa meski anak petani, ia mampu bersuara di podium pascasarjana.
Berbekal pengetahuan di bangku kuliah, jamal berambisi
mengubah paradigma masyarakat tentang gelar sarjana. Di saat para lulusan
sarjana berlomba-lomba melamar pekerjaan di instansi ternama, ia justru
terpanggil untuk melakukan kegiatan kemanusiaan. Jamal melihat, ada secerca asa
di desanya. Ia menemukan ada harapan di balik keterbatasan.
Pemuda kelahiran 1998 itu, sejak kecil bergaul di
lingkungan petani. Keluarga dan kondisi lingkungan sekitar yang kental dengan
pertanian membuatnya merasa terbiasa. Namun, di balik kehidupannya sebagai anak
petani, ada kisah menyayat hati yang ia rasakan.
Desa Kanreapia, tempat tinggalnya, Jamal melihat masih
banyak masyarakat yang buta aksara. Ia prihatin dengan keadaan ini. Ia tak
ingin masyarakat terutama anak-anak di desanya terjebak dalam kebodohan dan
ketidaktahuan. Beranjak dari sini, Jamal yang begitu peduli, merangkul mereka
dan mengajarkan aksara di lingkungan sekitarnya.
Niat dan rasa peduli, membawa anak petani itu mendidirkan
“Rumah Koran”. Singkat cerita, Rumah Koran didirikan dengan tujuan kemanusiaan
yaitu memberantas ketidaktahuan akan aksara di desa tempat tinggalnya. Ia
bercita-cita, kelak anak-anak di desanya bisa merangkul bersama meraih
cita-cita dan memajukan kampung halamannya.
“saya menginginkan anak-anak petani di desa saya bisa menimbah ilmu dan memajukan desanya kelak. Saya prihatin dengan anak-anak yang putus sekolah dan tidak tau apa-apa” ungkap Jamal yang dihubungi via whatsapp.
Niat baik Jamal dalam mendirikan Rumah Koran, mendapat dukungan penuh dari keluarga, baik orang tua maupun istri tercinta. Meski orang tua sebagai petani sayur, mereka tidak memaksakan kehendak sang anak untuk menjadi apa dan seperti siapa. Begitupun bagi Jamal pribadi, bekerja tidak harus karena ada rupiah, yang terpenting bagaimana ia mampu merobohkan dinding buta aksara untuk kemaslahatan banyak manusia.
Menyulap Kandang Hewan jadi Rumah Koran
Berawal dari kandang
bebek, Jamal yang tak pernah kehabisan ide mengubah kadang itu menjadi tempat
belajar bagi masyarakat di desa Kanreapia. Tempat belajar yang kemudian diberi nama Rumah
Koran didirikan pada 17 Agustus 2011 tepat di hari kemerdekaan Indonesia. Bukan
tak mungkin tanggal itu menjadi doa, kelak anak-anak petani di desa dapat
merdeka dalam memberantas buta aksara.
Sejak awal berdiri, Rumah Koran digunakan oleh Jamal
sebagai tempat belajar layaknya gedung sekolah. Bangunan dari dinding kayu yang
dipenuhi dengan tempelan koran menjadi media pembelajaran bagi anak-anak petani
yang tergabung dalam program literasi. Di pondok sederhana itu, para anak
petani diajarkan membaca, menulis hingga berhitung. Bersama dengan rekan
sekampung, Jamal berbagi ilmu kepada anak petani di desa.
Semenjak Jamal menamatkan pendidikan sarjananya di tahun
2011, ia merasa terpanggil untuk melakukan gerakan kemanusiaan lewat Rumah Koran.
Mengajarkan anak tentang angka dan huruf menjadi fokus utama Jamal diawal
merintis Rumah Koran. Menariknya, metode belajar yang disuguhkan Jamal dan
rekannya terasa berbeda. Anak-anak belajar di gunung, kebun hingga sungai.
Bukan hal mustahil bagi Jamal untuk berbuat sesuatu yang
baru. Ia seorang lulusan pendidikan bahasa yang tentunya sarat dengan kemampuan
mengajar. Metode belajar yang unik ia ciptakan agar anak-anak bisa belajar
dengan nyaman dan dekat dengan alam. Literasi baca tulis semakin berbeda. Para
anak petani kini bisa belajar di Rumah Koran dan di alam.
Kegiatan baca tulis dijadwalkan setiap hari minggu dan
hari libur. Mereka berasal dari anak petani yang putus sekolah dan anak desa
Kanreapia yang berstatus pendidikan formal. Kegiatan baca tulis melalui Rumah Koran
dari hasil kerja keras Jamal telah membuahkan hasil. Dulu anak di desa banyak
buta aksara, kini mereka bisa menulis dan membaca. Pencapaian dan kontribusi
yang luar biasa dari seorang anak petani seperti Jamal. Tidak sampai di situ,
agar anak-anak semangat dalam belajar, Jamal menyediakan kendaraan berupa mobil
untuk transportasi anak-anak menuju tempat belajar seperti gunung, kebun atau
sungai.
Meski awalnya hanya menggunakan kandang bebek, tidak menjadikan
itu sebuah kendala dalam mewujudkan mimpi Jamal. Baginya, kesenjangan yang ada
di desanya adalah sebuah peluang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kegiatan
baca tulis melalui Rumah Koran ia kemas dalam misi petani literasi.
“Misi awal kami dengan adanya Rumah Koran
ialah mengajarkan anak-anak petani di desa untuk belajar menulis dan membaca.
Alhamdulillah, sejauh ini program petani literasi berkembang menjadi tempat
belajar tidak hanya untuk anak-anak tapi juga orang tua. Orang tua akan
mendapatkan informasi seputar pertanian dan mengajarkan para petani menjadi
petani online” tutur
Jamal.
Program Petani Literasi Raih Apresiasi
Kegigihan dan semangat kemanusiaan anak petani seperti
Jamal telah membuahkan hasil. Tahun 2017, ia memperoleh penghargaan bergengsi
dari Satu Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh PT Astra Internasional,
Tbk. Inovasi Jamal dengan judul “Sang Pencerdas Anak dari Gowa” berhasil meraih
awards untuk kategori pendidikan.
Inovasi jamal dalam bidang pendidikan ini turut membantu
pemerintah dalam memberantas buta aksara khususnya bagi masyarakat yang berada
di desa. Sejauh ini, sekitar 80% inovasi itu sudah dirasakan oleh masyarakat di
desa Kanreapia, mulai dari bisa baca tulis, belajar bahasa asing, mengantarkan
mereka lanjut sekolah dan kuliah hingga mencetak petani organik.
Apa yang dilakukan Jamal dapat dijadikan teladan bagi
anak muda untuk berinovasi dan berkontribusi bagi negeri. Jika kita melihat
data, angka buta aksara di Indonesia masih cukup tinggi.
Data di atas menunjukkan bahwa masih tingginya angka buta
aksara di Indonesia. Jika dilihat dari grafik, Provinsi Sulawesi Selatan berada
pada peringkat kelima tertinggi buta aksara. Kehadiran inovasi Jamal yang sudah
diterapkan sejak tahun 2011 di salah satu desa di Sulawesi Selatan akan
membantu pemerintah dalam memberantas buta aksara.
Agar lebih bervariasi, Jamal juga mengajak orang tua
untuk menjadi bagian dari Rumah Koran. Para orang tua akan diajarkan menjadi
petani organik dan mendapatkan informasi seputar perkembangan pertanian.
“Petani literasi kini dikemas dalam banyak hal,
tidak hanya mengajarkan anak di desa baca tulis, tapi juga mengedukasi orang
tua mengenai perkembangan pertanian seperti mendapatkan informasi pertanian,
bagaimana menjadi petani online dan edukasi budidaya pertanian” ungkap Jamal peraih SIA 2017
Tetap Bangkit di Tengah Pandemi
Perjalanan Jamal dalam merintis Rumah Koran telah
mencapai puncak penghargaan di tahun 2017. Apresiasi ini membuat Jamal
bersyukur namun tak berpuas diri. Ia terus berinovasi agar Rumah Koran tetap
eksis. Siapa sangka, di tahun 2019 ujian menghampiri. Masyarakat Indonesia
termasuk Jamal terkena dampak pandemi. Kondisi pandemi covid-19 menghambat
program literasi baca tulis yang dilakukan oleh Jamal dan tim karena selama ini
dilakukan secara tatap muka.
Tak ingin berlarut dalam kondisi pandemi, secepat kilat
Jamal menghadirkan inovasi baru. Rupanya, Rumah Koran yang digagas Jamal menjadi
tempat berbagi para petani dan wadah bagi petani dalam memasarkan hasil
pertaniannya. Kegiatan itu kemudian dikemas dalam program petani berbagi dan
patani (pasar tani).
Program petani berbagi berjalan dari awal pandemi hingga
sekarang. Dalam program petani berbagi ini, Jamal mengajak para petani dan
masyarakat di desanya untuk berbagi berupa hasil pertanian. Bersama Rumah Koran,
Jamal mengumpulkan sumbangan para petani dan menyalurkan kepada pihak yang
membutuhkan, seperti panti asuhan, dapur umum TNI, pesantren, desa terisolasi,
korban bencana alam dan kebakaran. Luar biasanya lagi, program petani berbagi
ini sudah dirasakan lebih dari 60 panti asuhan secara rutin.
Tidak hanya sukses dengan gebrakan petani berbagi,
program patani (pasar tani) juga sukses dijalankan oleh Jamal lewat Rumah Koran.
Jika petani berbagi konsepnya berbagi, maka berbeda dengan patani. Patani
mengajak para petani untuk memasarkan hasil pertaniannya kepada masyarakat umum
atau pedagang. Melalui Rumah Koran, Jamal mengembangan platform jual beli hasil tani seperti facebook, Instagram, blog,
website, whatsapp dan sosial media lainnya. Di sini para petani tak perlu lagi
mencari pedagang yang akan memborong/membeli hasil taninya. Rumah Koran akan
menjadi perantara.
Inovasi patani (pasar tani) online yang dikembangkan
Jamal rupanya membuahkan hasil yang nyata. Harapan hidup para petani semakin
bersinar. Jamal yang kini sudah menamatkan pendidikan magister manajemennya
bermimpi suatu saat bisa mengembangkan konsep jual beli hasil tani ini dalam
bentuk aplikasi sehingga semakin dikenal luas.
Kerja keras anak desa seperti Jamal patut menjadi
teladan. Ia tak tenggelam meski badai menghantam. Pandemi baginya bukanlah
hambatan tapi ia justru menemukan peluang. Berawal dari literasi petani kini
berantai menjadi petani berbagi dan patani (pasar tani). Kehadiran program
petani berbagi dan patani, bukan berarti Jamal melupakan jati diri Rumah Koran,
ia tetap berambisi untuk memberantas buta aksara dan mengedukasi anak petani di
desa. Bukan tak mungkin, munculnya patani adalah bagian dari petani literasi
yang awalnya para petani diberikan edukasi seputar budidaya pertanian melalui
Rumah Koran yang hingga kini menjelma menjadi terobosan yang luar biasa.
“Meski pandemi, Rumah Koran tetap jalan
seperti biasanya. Untuk sementara waktu tatap muka dalam memberikan literasi
baca tulis ke anak petani di desa ditiadakan. Saat ini kami fokus mengembangkan
program petani berbagi agar kami bisa membantu masyarakat yang membutuhkan.
Kegiatan pasar tani (patani) online juga membantu para petani di masa pandemi
seperti sekarang ini. Bagi saya dan rekan-rekan, semua akan jalan dan
berkembang ke depannya, baik petani literasi, petani berbagi maupun patani
(pasar tani) online” tutur
Jamal dalam obrolan whatsapp.
Inovasi Tiada Henti, Rumah Koran Semakin
Dikenali
Berkat berbagai inovasi yang dilakukan, Jamal sukses
membawa Rumah Koran semakin dikenal luas di tanah air. Tak heran, Jamal
seringkali mendapat undangan dan diliput berbagai media baik cetak maupun TV. Stasiun
TV seperti Kompas TV serta media cetak seperti koran sindo dan koran tempo
pernah menjadi saksi keberhasilan Rumah Koran.
Hingga kini, Rumah Koran memiliki empat pilar yaitu
pendidikan, lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan. Program petani literasi
dalam bidang pendidikan melalui kegiatan baca tulis menjadi cikal bakal
lahirnya berbagai pilar dan inovasi lainnya. Saat ini, Rumah Koran memiliki 3
kegiatan utama yaitu petani literasi, petani berbagi dan patani (pasar tani).
Keberlangsungan dan keberhasilan tiga kegiatan itu membawa desa Kanreapia
mendapatkan penghargaan sebagai kampung berseri Astra di tahun 2021.
Usaha kerja keras Jamal mendirikan Rumah Koran banyak
mendapat apreasiasi dari berbagai kalangan baik di tingkat lokal maupun
nasional, seperti komunitas terbaik 3 tingkat nasional tahun 2018 oleh PUPR,
penghargaan kampung iklim tahun 2020 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI serta masih banyak penghargaan lainnya.
Jamal berharap dengan adanya berbagai penghargaan ini,
bisa semakin membangkitkan semangatnya untuk terus mengembangkan Rumah Koran.
Ia berharap kehadiran Rumah Koran dapat mengajak seluruh lapisan masyarakat
baik anak petani maupun orang tua di desa Kanreapia untuk ikut berkontribusi
mengembangkan Rumah Koran. Tidak sampai di situ, Jamal juga berharap kehadiran
Rumah Koran dapat mendorong lebih banyak lagi lembaga-lembaga baik pemerintah
atau swasta untuk berkolaborasi.
“Saya berharap ke depannya, Rumah Koran bisa
menjadi pusat kajian pertanian sehingga pertanian Indonesia semakin maju. Pesan
saya untuk anak muda, ayo berbuat sesuatu untuk desa kita agar desa kita bisa
maju dan masyarakatnya sejahtera” tutur Jamal, sang pencerdas anak petani.
Apa yang dilakukan oleh pemuda desa seperti Jamal, dapat
menjadi inspirasi untuk kita semua khususnya generasi muda di Indonesia. Keuletan,
semangat dan kerja keras dari Jamal telah menebar harapan di desa tempat
tinggalnya. Tidak sekedar memberi harapan tapi Jamal mampu mengubah harapan itu
menjadi senyuman. Kini, masyarakat di desa Kanreapia tersenyum bahagia.
Komentar
Posting Komentar