WUJUD KEDAULATAN EKONOMI : OPTIMALISASI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN BERBASIS INDUSTRI DI SULSEL SEBAGAI MOMENTUM INDONESIA MENJADI MACAN ASEAN
Segala lini telah mendekati
masa di mana rakyat menanti. Perjalanan selama 69 tahun sejak kemerdekaan
disorakkan, telah mengukir sejarah yang memberi banyak pembelajaran dan
pengalaman bagi bangsa. Ketika bangsa dipandang sebagai negara yang kaya akan
sumber daya, bangsa yang telah terlepas dari sangkaran penjajah, ternyata
diperhadapkan pada masalah itu sudah menjadi budaya. Aspek sosial, agama,
politik, hingga ekonomi tercatat sebagai kamar permasalahan bangsa Indonesia. Sinergitas
dari segala aspek itu merupakan langkah dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang
didengungkan di setiap pilar bangsa Indonesia. Namun demikian, aspek ekonomi bisa
dikatakan sebagai akar permasalahan tidak terwujudnya cita bangsa dalam memperkokoh
kesejahteraan.
Berbagai polemik yang
terjadi di hadapan kita, seakan menambah rumitnya bangsa ini menjadi negara
maju. Kemiskinan bertaburan di mana-mana, pengangguran berkeliaran di luar
sana, hingga kesejahteraan tidak lagi menjadi prioritas utama. Bukan karena
keinginan rakyat, tapi itulah konsekuensi akibat luluhnya jiwa pancasialis
pemuda-pemudi bangsa Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah telah ditempuh,
namun realitasnya kebijakan-kebijakan tersebut belum sepenuhya dapat membendung
permasalahan yang ada, bukan karena kebijakan yang salah, namun sistem untuk
menjalankan kebijakan itu yang masih kurang.
Negara yang seharusnya
mampu mempertahankan asset bangsa dan memberikan kesejahteraan, seolah-olah
tidak berdaya dan tidak mampu menghadapi tawaran pemodal asing. Dengan diiming-imingi
peningkatan dan pertumbuhan ekonomi di dalam negari, namun pada akhirnya
berujung pada penguasaan asset bangsa oleh pemodal asing. Politik yang
seharusnya memberikan manfaat untuk kepentingan masyarakat luas, kini beralih fungsi
karena lebih mengedepankan kepentingan kelompok berbasis partai. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh pemodal asing, sehingga hampir setiap elemen di negara kita
dikuasai oleh pihak asing, baik perusahaan yang bergerak di bidang barang atau
jasa. Akibatnya, kita menjadi boneka oleh negara tetangga melalui penguasaan
asset negara, kedaulatan ekonomi luluh di depan mata, hingga berimbas pada
hilangnya kesejahteraan bersama. Sehingga tuntutan terhadap gerakan pemerintah
dalam mewujudkan stabilitas ekonomi demi kesejahteraan rakyat harus selalu di
kedepankan.
Tak terasa waktu terus
bergulir, sisa menghitung bulan menutup tahun 2014, Indonesia akan memasuki
tahun baru di tahun 2015 dengan tantangan baru. Sebuah perjanjian negara ASEAN,
dengan satu tujuan bersama memajukan negara ASEAN. Namun bagaimana dengan
Indonesia, siapkah dengan babak ini? Inilah saatnya Indonesia membuka mata,
tunjukkan pada dunia, Indonesia layak jadi macan ASEAN. ASEAN 2015 adalah
momentum Indonesia untuk menggali potensi diri merebut kembali kedaulatan
ekonomi yang kini hampir setiap sudut dikuasai oleh pihak luar negeri. Pada
tahun 2015 nanti, pasar ASEAN akan dimulai. Persiapan telah disusun oleh negara-negara
yang ikut serta. Sejumlah gerakan telah terbentuk.Visi misi sudah tergenggam di
tangan rakyat untuk berkontribusi di pasar ASEAN. Langkah demi langkah terus
dicanangkan untuk menjadi pemain di pasar bebas nanti. Kekayaan sumber daya
alam adalah asset terbesar Indonesia dalam bersaing.
Mengingat tantangan ke
depan semakin besar, diperlukan suatu program yang efektif dan mengenai sasaran
serta dukungan berbagai pemangku kepentingan. Salah satu tantangan terbesar
integrasi ekonomi ASEAN adalah disparitas ekonomi baik tingkat regional maupun
nasional. Olehnya, perlu memberi ruang bagi setiap daerah untuk berkembang
sesuai keunikan dan comparative advantage
yang dimiliki daerah-daerah tersebut. Sebut saja Sulsel, dengan keanekaragaman
kekayaan alam yang dimiliki, diharapkan Sulsel yang menjadi gerbang utama ASEAN
di bagian Timur Indonesia mampu berkontribusi besar terhadap pertumbuhan
ekonomi secara nasional. Dengan kelebihan yang dimiliki, Sulsel harus menjadi
pendongkrak ekonomi Indonesia. Sebagaimana yang diketahui, pada tahun 2013
pertumbuhan ekonomi Sulsel tumbuh mencapai 7,65%, lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional yaitu 5,78%. Pada saat terjadi
krisisi 98, Sulsel adalah provinsi yang memiliki kestabilan ekonomi atau tahan
akan badai 98. Ini membuktikan bahwa Sulsel patut diperhitungkan sebagai
jembatan Indonesia menguasai pasar bebas 2015. Olehnya itu, kekayaan alam yang
dimiliki Sulsel perlu dioptimalkan.
Optimalisasi pengembangan
sektor pertanian berbasis industri di Sulsel sangat perlu dilakukan. Pengembangan
sektor industri diarahkan pada pengembangan industri yang mengolah hasil-hasil
pertanian dan maritim, industri kerajinan rakyat, dan industri dasar. Dengan
demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat sekaligus dapat memperluas
lapangan kerja dan kesempatan kerja. Saat ini, ekonomi Sulsel berkontribusi
besar terhadap PDB melalui sektor-sektor yang ada. Sektor pertanian di Sulsel
sendiri telah mampu menyerap tenaga kerja dan menekan tingkat pengangguran, di
mana pada tahun 2013 tingkat pengangguran di Sulsel turun dari 5,9% menjadi
5,1%. Tidak hanya itu, sektor pertanian Sulsel merupakan pendongkrak ekspor
Indonesia, hingga Juni 2014 ekspor Sulsel mencapai 813,07 juta Dollar AS. Dari
813,07 juta Dollar AS, lebih dari 80% adalah hasil sektor pertanian.
Yang harus menjadi
prioritas utama pemerintah Sulsel adalah bagaimana mengembangkan sektor
industri di Sulsel melalui pengolahan hasil pertanian. Sehingga demikian,
ekspor tidak hanya dalam bentuk bahan baku tapi juga barang jadi. Sektor
pertanian yang dimaksudkan dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan
usaha ialah sektor pertanian dalam arti luas, yang dibedakan menjadi 4
subsektor, yaitu :
1. Perkebunan
: Teh, kopi, tembakau, cengkeh, dan rempah-rempah
2. Tanaman
pangan : Jagung, padi, buah-buahan, sayur-sayuran, kedelai, dan kacang tanah
3. Perikanan
: Ikan, daging, dan udang
4. Peternakan
: Susu segar, telur, dan wol
Pertanian dipandang
sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan
dan pemerataan. Terlebih sekitar 45% tenaga kerja bergantung terhadap sektor
pertanian, maka tak heran sektor pertanian menjadi basis pertumbuhan ekonomi. Kontribusi
besar yang dimiliki sektor pertanian di Sulsel memberikan sinyal bahwa
pentingnya membangun pertanian yang berkelanjutan secara konsisten yaitu
mengembangkan sektor pertanian berbasis industri untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi sekaligus kesejahteraan rakyat.
Kecenderungan untuk
mengalokasikan sumber daya alam berupa komoditas unggulan dapat menjadi motor
penggerak pembangunan. Di Sulsel terdapat 24 kabupaten yang masing-masing
kabupaten memiliki komoditi unggulan di sektor pertanian. Seperti halnya,
Sulsel menjadi lumbung pangan nasional dengan komoditas utama seperti beras,
jagung, ternak, rumput laut, dan kakao. Namun sebagian besar hasil pertanian
tersebut diekspor dalam bentuk bahan baku, sehingga untuk meningkatkan daya
saing produk pertanian di sulsel, dapat dilakukan dengan strategi pengembangan
agribisnis dalam konsep industrialisasi pertanian.
Pengembangan sektor
pertanian berbasis industri dapat diupayakan oleh pemerintah melalui pembinaan
pengusaha golongan ekonomi lemah dengan penyuluhan dan latihan keterampilan di
bidang manajemen. Meningkatkan peranan koperasi di pedesaan agar masyarakat
mendapatkan dana untuk mengelola hasil sektor pertanian di masing-masing daerah
dengan baik. Serta pemerintah harus mengupayakan kegiatan-kegiatan lanjutan
terhadap industri menengah.
Perhatian pemerintah
terhadap pengembangan sektor pertanian berbasis industri harus menjadi
prioritas utama, karena sektor pertanian memiliki peran yang besar, diantaranya
:
1. Sebagai
penyedia pangan masyarakat sehingga mampu berperan strategis dalam menciptakan
ketahanan pangan nasional yang erat kaitannya terhadap ketahanan nasional,
stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
2. Dapat
menghasilkan devisa yang berasal dari ekspor.
3. Sektor
pertanian merupakan pasar potensial bagi produk-produk sektor industri.
4. Sektor
pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor lain.
Melihat besarnya
peranan yang diberikan sektor pertanian terhadap kemajuan ekonomi bangsa, selayaknya
menjadi wacana utama pemerintah baru ke depan untuk mengoptimalkan pengembangan
sektor pertanian. ASEAN semakin dekat, negara tetangga sudah melirik, apakah
kita bangsa Indonesia akan diam? Ketika sektor pertambangan kita dikuasai pihak
asing, perkebunan kita dikelola pihak asing, apakah kita akan menyerahkan
pertanian kita ke tangan asing? Oleh sebab itu, kita sebagai bangsa yang
berdaulat sudah semestinya segera memperbaiki kedaulatan ekonomi kita,
sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi yaitu memajukan kesejahteraan
rakyat. ASEAN memanggil, Sulsel takkan berpaling. Dari Sulsel untuk Indonesia
menuju kedaulatan ekonomi 2015. Kita memang beda, tapi bhinneka tunggal ika
menyatukan kita. ASEAN bukan untuk mencari siapa juara, tapi ASEAN adalah momentum
Indonesia membuktikan pada dunia, jika Indonesia bukan negara boneka.
Komentar
Posting Komentar