Langsung ke konten utama

Berkat Wanita Luar Biasa dan Bank Syariah, Insya Allah Selangkah lagi Raih Cumlaude di Bangku Kuliah

Berbekal amanah dari seorang ayah membuat wanita yang kerap di sapa pahlawan oleh anak-anaknya mampu menunjukkan kepada orang sekelilingnya bahwa single parent juga bisa. Pasalnya, pada 7 Januari 2008 lalu, sebutan ayah yang dulunya sebagai tulang punggung keluarga tak lagi memberi nafkah kepada anak-anaknya, bukan karena persoalan rupiah melainkan nyawa yang terpanggil oleh sang pencipta. Kala itu, saya masih berumur 13 tahun, kepolosan masih sangat tampak dari raut wajah, namun seusia itu saya sudah harus berfikir dewasa. Kata kehilangan sangat terasa, rasa sesal sudah pasti ada, hingga putus sekolah telah terlintas dibenak saya. Yaa karena amanah, satu alasan yang membuat ibu saya berkata “Apapun yang terjadi, kamu harus tetap sekolah!”, karena itu adalah pesan terakhir ayah saya.
Kehidupan keluarga kami berubah drastis, beberapa CV dan UD yang sempat dijalankan ayah saya semuanya harus kandas, mulai dari bayar pengobatan hingga hutang, karena semasa ayah sakit, ratusan juta harus melayang, klinik ke klinik, dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, dari satu kota hingga ke seberang pulau, namun komplikasi harus menutup usia ayah saya. Semua berubah, semua hilang, tersisa hanya 2 hektar kebun dan rumah hunian. Pengasuh dan pembantu di rumahpun satu persatu berhenti kerja, karena ibu saya tak sanggup lagi menggaji mereka. Apa yang terjadi? Kehidupan berubah 300 derajat, syukurnya Tuhan masih menyisihkan 60 derajat, hingga kami bisa bertahan.
Sepeninggal ayah saya, Ibu mengurusi empat anak, tiga diantaranya masih sekolah termasuk saya. Demi membiayai hidup dan menyekolahkan anak-anaknya, ibu saya pun memilih untuk berkebun. Kurang lebih lima tahun ibu saya menggantungkan hidup keluarga pada hasil kebun, walaupun dengan penghasilan yang seadanya, namun kami bertiga masih bisa melanjutkan pendidikan. Hingga pertengahan tahun 2012, saya lulus dari bangku SMA dan memutuskan untuk kuliah. Karena persoalan rupiah, mimpi untuk kuliah kedokteran tidak kesampaian. Akhirnya saya memilih untuk kuliah di swasta melalui jurusan manajemen keuangan. Meskipun demikian, lagi-lagi saya masih terkendala biaya untuk melanjutkan pendidikan karena masuk kuliah butuh biaya, belum lagi sewa rumah dan harus menanggung kebutuhan pokok. Ibu tidak mempermasalahkan hal itu, kebun yang selama ini menjadi sumber rupiah bagi keluarga kami, akhirnya dijual demi membiayai kuliah awal saya. “Habislah!” ucap saya dalam hati saat itu.
Kegigihan dan tanggungjawab seorang ibu yang luar biasa rupanya tidak mematahkan semangat saya untuk kuliah. Pikirnya di awal masuk kuliah, selalu terbayang, siapa yang akan memberi? Ke mana saya meminta? Ayah sudah tiada, ibu sudah tak kerja. Namun dibalik itu, saudara saya bercerita, sisa hasil jualan kebun, ternyata ibu membuka usaha tanpa sepengetahuan saya. Usaha yang dirintis ibu saat itu adalah roti dan kue kering yang dibantu oleh saudara perempuan saya. Hasil usaha itulah yang mengantarkan saya sampai di semester dua. Sebelum ibu menjual 2 hektar kebun itu, saudara saya sempat menyampaikan kalau ibu sudah menggeluti usaha ini di tahun 2011, namun karena persoalan modal, usaha masih standar dan kapasitas produksipun juga pas-pasan.
Stim Nitro Makassar yang merupakan almamater tempat saya menimbah ilmu memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya, termasuk memecahkan masalah permodalan usaha yang ibu hadapi. Merintis bisnis identik dengan ‘money’, tak punya money, ‘kredit’ pun jadi, itu kata sepenggal tulisan yang sempat terbaca di buku kewirausahaan yang saya pelajari. Berawal dari buku inilah saya menemukan jawabannya. Kesimpulan apa yang bisa saya petik setelah membaca buku itu? Ternyata, untuk menjadi pengusaha memang butuh modal besar, modal terbesar bukanlah rupiah, melainkan otak kita.
Banyak belajar dari buku itu, saya mencoba mempelajari hal baru meskipun hingga di semester dua saya belum mendapatkannya. “Menulis Proposal Bisnis”, wahhh kelihatannya sangat menarik! Dari situlah saya membuat proposal kelayakan bisnis untuk usaha ibu saya, sebagai pertimbangan bagi lembaga untuk memberikan kredit. Awalnya, ibu saya mengajukan pinjaman ke koperasi, namun karena persoalan bunga saya meminta ibu mencari alternatif lain. Datanglah seorang teman sebaya ibu, dia menyarankan untuk mengambil kredit di salah satu bank konvensional di Palopo. Ibu saya mencoba, ternyata bank mensyaratkan adanya agunan dan pada saat itu tidak ada yang bisa kami jaminkan, karena harta ludes terjual. Apa yang terjadi? “Ajun Bakery” yang merupkan judul proposal bisnis yang saya rancang, saya coba ajukan ke lembaga pembiayaan yaitu pembiayaan syariah. Sasaran proposal saya pada saat itu adalah Bank Syariah Mandiri yang berlokasi di kota Palopo melalui produknya bernama KUR Bank Syariah Mandiri. Pihak bank memang tidak mensyaratkan adanya proposal karena KUR Bank Syariah Mandiri untuk UMKM hanya meminta identitas dan melihat usaha calon debiturnya. Demi meyakinkan pihak kreditur, saya menyarankan ibu menyerahkan proposal itu, agar dana yang diberikan sesuai dengan yang kami butuhkan. Akhirnya, kurang lebih dua minggu kredit KUR Bank Syariah Mandiri cair dengan dana awal Rp 24 juta.  Dengan adanya tambahan modal, ibu bisa melanjutkan usaha roti dan kue keringnya. Keuangan syariah melalui KUR Bank Syariah Mandiri menjadi pilihan kami waktu itu, karena kami yakin bisnis ini bisa tumbuh dan berkembang bersama syariah.
Tahun 2013, saya menyarankan ibu saya mengganti label produk, yang dulunya Ajun Bakery menjadi Cake Juna. Hal ini karena saya melihat usaha yang dijalankan ibu bukan hanya roti tapi sudah merambah ke berbaga jenis kue kering. Berkat tambahan modal dari Bank Syariah Mandiri, bisnis ibu saya berjalan lancar, dan bisa memperoleh omzet hingga 20 juta sebulannya, dengan dibantu oleh 3 karyawan. Tahun 2013 pula, ibu saya ditawarkan lagi oleh Bank Syariah Mandiri untuk mengambil kredit, dan tepat pada saat itu adalah pertengahan tahun yang merupakan waktu di mana kapasitas produksi cake Juna ditingkatkan. Melihat prospek usaha ibu, akhirnya ibu kembali mengambil kredit lagi untuk kedua kalinya dengan jumlah 4 kali lipat dari kredit sebelumnya. Kredit tersebut sebagian besar digunakan untuk membiayai aktiva tetap seperti penambahan mesin.
Alhamdulillah, lagi-lagi karena BankSyariah lewat KUR nya, bisnis yang diberi nama Cake Juna bisa berkembang pesat. Hingga pertengahan 2015, ibu sudah memiliki 8 karyawan dan telah memasarkan produknya di 3 provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara. Selain karyawan, omzet juga pastinya terus bertambah, apalagi di hari raya seperti idul fitri, idul adha, natal, waisak, dan hari-hari besar lainnya kapasitas produksi ditingkatkan dan rata-rata omzet yang diperoleh jika hari besar bisa mencapai 60 juta sebulannya.
Perjalanan ini tidak lepas dari dukungan KUR Bank Syariah Mandiri yang telah menyuntikkan dana pada usaha kami. Awalnya saya yang pesimis berujung optimis, karena usaha ibu lancar kuliahpun lancar. Ilmu manajemen yang saya dapatkan di bangku kuliah, saya terapkan di bisnis Cake Juna, mulai dari perencanaan produksi, keuangan, penjualan, hingga pemasaran. Rasa-rasanya sudah komplit, Teori dan Praktek sudah sejalan. Di benak saya, syariah memang pantas menjadi satu alternatif pembiayaan, termasuk pembiayaan bagi pelaku UMKM. Dengan sistem bagi hasil dan terhindar dari kata riba, bisnis jadi afdal, Tuhan bisa ridho. Keuangan syariah pilihan yang menguntungkan!.
Apa yang saya rasakan sekarang? Berkat wanita luar biasa dalam hidup saya, yang tak pernah menyerah apalagi putus asa, saya bisa mengenyam pendidikan tinggi di bangku kuliah. Alhamdulillah, sekarang sudah berada di semester akhir dan sampai sekarang IPK masih 4,00. Motivasi dan Inspirasi yang begitu besar dari seorang ibu, membuat saya menjadi orang yang berprestasi, tidak hanya akademik tapi juga nonakademik. Gelar sudah di depan mata, skripsi dan wisuda sebagai titik akhir meraih gelar sarjana. Berkat wanita luar biasa dan Bank Syariah, Insya Allah selangkah lagi raih cumlaude di bangku kuliah. Thanks Mama, you are my inspiring.Thanks too Syariah, you are our Hero.

Komentar

  1. Wow. Luar biasa, Sukses terus yaaa. Berkah. berkah berkah :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Kisahnya kuat dan inspiratif, sayang desain blognya agak disturbing. Juga pemenggalan kalimat dan paragraf. BTW, kamu yang dapat kerjaan setelah ikut lomba ini ya? Anyway, bagus kok artikelnya, semoga menang...:D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran

  David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran Oleh: Akbar Tanjung, S.M. “Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang” . Lirik lagu Ebiet G Ade dengan judul ‘Berita Kepada Kawan’ memberi pesan bermakna pada manusia. Sebuah lagu dengan syair yang begitu tajam sebagai pengingat tentang alam. Alam tidak hanya membawa berkah tapi juga bencana. Bukan semata ujian sang pencipta, tapi terkadang alam murka dengan ulah manusia. Tak ingin melihat alam rusak dan terabaikan, pria pesisir punya cara tersendiri menyikapinya. David sapaan akrabnya. Pria kelahiran kabupaten pesisir selatan, memiliki kecintaan dan kepedulian lebih terhadap lingkungan. Hatinya tergerak membawa perubahan di tanah kelahirannya. Sebagai lulusan sarjana dengan latar belakang pendidikan ilmu kelautan, tentu bukan hal baru bagi David mengambil peran dal

"JAMAL" Pemuda Penebar Harapan, Membawa Senyum di Pedesaan

dok: Jamaluddin You are different . Julukan yang layak bagi pria dengan nama sapaan Jamal. Pria kelahiran gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa Kanreapia, memiliki segudang mimpi dan harapan untuk mengubah peradaban di tanah kelahirannya. Niat dan panggilan jiwa mengetuk relung hati Jamal untuk menjadi bagian dari kemajuan tempat tinggalnya.   Jamal, pemuda yang lahir dan dibesarkan di lingkungan petani. Ayah ibunya berprofesi sebagai petani sayur. Latar belakang keluarga sebagai petani, menjadi dorongan utama bagi Jamal dalam memantapkan niatnya untuk berkontribusi pada kampung halamannya. Meski seorang anak petani, ia tetap memperjuangkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Tak hanya menamatkan pendidikan sarjananya, Jamal mampu membungkam cibiran orang-orang, bahwa meski anak petani, ia mampu bersuara di podium pascasarjana.   Berbekal pengetahuan di bangku kuliah, jamal berambisi mengubah paradigma masyarakat tentang gelar sarjana. Di saat para lulusan sarjan

Cegah Stunting Pada Anak, Rokok Harus Mahal

sumber: sosial media KBR Ketika Anda melihat seorang anak yang memiliki tubuh kurus seperti orang yang kekurangan gizi, bagaimana perasaan Anda? Ketika Anda mengetahui bahwa anak tersebut berasal dari keluarga miskin yang tak mampu memenuhi gizi anaknya, apa yang akan Anda lakukan? Ketika Anda melihat kondisi keluarga si anak yang sebenarnya mampu membeli makanan bergizi, namun karena pengeluaran yang tidak bermanfaat membuat si anak tidak terawat dengan baik, apa tindakan Anda? Setelah Anda menelusuri, ternyata orangtua adalah penyebab anak memiliki tubuh kurus hingga kekurangan gizi, bagaimana Anda menanggapinya? Indonesia merupakan salah satu negara yang ditetapkan oleh WHO sebagai negara yang memiliki gizi buruk. Sekitar 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia adalah penderita stunting. Jika dipersentasekan angka itu mencapai 35,6 persen, sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Salah satu faktor penyebab tingginya penderita stunting