Langsung ke konten utama

Melalui Industri Fashion, ASEAN Memanggil, Indonesia Takkan Berpaling



Ketika realita berbicara di depan publik, mengungkap tabir yang seakan menggugah jiwa, bibirpun mengangah memandang kamera, siapkah mata menerka dan memberi jawaban atas permasalahan di balik realita? Permasalahan yang silih berganti menimpa negeri pertiwi, terus membawa kita ke jurang penyesalan. Berbagai polemik negeri yang disorakkan di media, mulai dari masalah politik seperti korupsi, masalah sosial seperti kekerasan, masalah agama seperti nikah beda agama, hingga masalah ekonomi, namun realitasnya belum mampu berakhir dengan jalan yang sesuai harapan. Entah apa, mengapa itu terjadi, yang terpenting sekarang ini bagaimana kita membenahi masalah-masalah itu dan mencari di mana titik penyelesaiannya. 

Tak terasa Indonesia telah menikmati kemerdekaan ini selama 68 tahun, tentu sepak terjang dalam mengisi kemerdekaan masih ada, karena masalah sudah menjadi jalan hidup bersama. Indonesia dengan cita-citanya mensejahterahkan rakyat terus dikumandangkan disetiap pilar bangsa Indonesia. Olehnya itu, untuk mewujudkan cita-cita bangsa diperlukan upaya preverentif, tidak semata teori dan konteks belaka, namun terlebih bagaimana antusias kita bersama menerapkan teori dan konteks itu. 9 April kemarin adalah masa kita memilih pemimpin-pemimpin baru dengan satu tujuan untuk mendelegasikan harapan bangsa kepada mereka terpilih, agar membawa perubahan yang berarti bagi Indonesia.

Tahun Baru Tantangan Baru...
Pesta demokrasipun telah usai untuk posisi legislatif, saatnya Indonesia mempersiapkan diri untuk menghadapi babak baru. Suatu babak yang akan mengulas sisi ekonomi Indonesia, di mana aspek ekonomi adalah salah satu permasalahan bangsa Indonesia. Yaaa, apalagi kalau bukan Asean Economic Community. Sisa menghitung bulan, tahun akan berganti menyongsong 2015 dengan tantangan baru untuk ekonomi Indonesia. Apakah Indonesia siap dengan babak ini? Adakah rakyat telah bersama dengan pemikiran kritisnya untuk berkontribusi di pasar Asean nanti? Siapkah mereka menjadi konsumen dan produsen cerdas di pasar bebas nanti? Atau babak ini justru menjadi ancaman bagi bangsa? Apakah rakyat tetap setia dan cinta pada produk lokalnya, ketika produk luar membanjiri negeri ini? Apakah rakyat akan mendapatkan perlindungan dan manfaat yang lebih baik ketika pasar Asean akan digelar? Sederet  pertanyaan yang mungkin menjadi permasalahan Indonesia, terkhusus rakyat kita bagaimana memosisikan diri sebagai konsumen cerdas di pasar bebas, karena bisa jadi dengan hadirnya pasar Asean, konsumen-konsumen Indonesia akan berpaling pada produk-produk impor. Dalam artikel ini akan mengulas bagaimana sisi kehidupan konsumen Indonesia dalam menghadapi pasar bebas 2015.

Mengangkat masalah ekonomi dari sisi kehidupan konsumen adalah hal yang tentu tak lazim bagi kita. Banyaknya selera dan perbedaan keinginan serta kepuasan konsumen, tentu menjadi poin  penting bagi penyedia barang dan jasa, bagaimana agar memberikan layanan yang nomor satu. Pada pasar bebas nanti, negara-negara yang ikut serta akan menjadi pemain sekaligus penakluk konsumen melalui berbagai produk mereka, namun Indonesia tak mau kalah. Hadirnya pasar Asean dengan berbagai produk impor, konsumen Indonesia takkan berpaling meski produk mereka membuat mata melirik dan menarik hati, karena Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman karya yang menjadi produk andalan bangsa di pasar Asean nanti. Dan justru konsumen luarlah yang akan berpaling ke produk lokal Indonesia. 

Sejauh Mana Persiapan Indonesia ?
Mulai dari pertanian, perikanan, agroindustri, jasa, kuliner, hingga fashion telah dipapas sedemikian rupa untuk menjadi suatu produk dan karya, sebut saja di industri fashion. Industri ini juga merupakan andalan Indonesia, karena karya-karya pemuda memiliki nilai yang tinggi dan daya saing yang lebih di industri fashion, seperti halnya batik. Siapa sih yang tidak kenal dengan karya fashion Indonesia yang satu ini? Karya batik sudah begitu familiar di telinga kita. Yaa, batik adalah karya tradisional Indonesia yang merupakan warisan leluhur bangsa kita. Batik sudah ada di Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu, hingga kini masih menjadi karya fashion yang sangat familiar dan trend di lingkungan masyarakat, tidak hanya masyarakat lokal tapi juga masyarakat luar. Ini merupakan suatu bukti bahwa Indonesia memiliki karya yang patut menjadi pilihan nomor satu konsumen di industri fashion. 

Dari sisi fashion sendiri, Indonesia siap menghadapi pasar Asean dan menjadi penakluk konsumen nanti. Namun permasalahannya, bagaimana dengan konsumen Indonesia, apakah mereka akan tetap setia pada karya fashion negerinya, termasuk salah satunya batik? Tentu jawabannya ya. Cerdas memilih, cerdas memakai adalah karakter konsumen Indonesia. Pada pasar Asean nanti konsumen Indonesia harus menjadi konsumen yang cerdas memilih produk berkualitas, konsumen yang tetap loyal dengan produk lokalnya dan konsumen yang mengutamakan kepuasan batinnya. Apakah Indonesia mampu mewujudkan itu semua untuk konsumen lokalnya? Ya tentu saja, jangankan konsumen lokal, konsumen di mancanegarapun Indonesia mampu memberikan kepuasan bagi konsumen melalui karya kreatifnya seperti batik.

Asean dan Dampaknya terhadap Konsumen...
Dari industri fashion melalui karya batik, Indonesia akan menjadi penakluk konsumen. Berbagai ancaman juga tentu akan dihadapi konsumen Indonesia di pasar bebas nanti, terkhusus di industri fashion. Maraknya karya fashion negara-negara Asean, termasuk busana ala barat tentu memberikan dampak bagi konsumen Indonesia. Adapun dampak tersebut adalah : Pertama, membudayakan busana ala barat yang sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Kedua, jatuhnya produk-produk fashion lokal kita termasuk batik, ketika konsumen tak cerdas memilih. Ketiga, adanya pembajakan yang dilakukan oleh negara-negara luar untuk meniru karya fashion kita, termasuk batik.

Alasan mengapa dampak itu ada, bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, adanya rasa ingin tampil beda dengan style ala barat yang dimiliki komsumen, padahal sangat bertentangan dengan norma bangsa. Kedua, konsumen seringkali bangga apabila menggunakan produk impor. Ketiga, dari segi pelayanan produsen Indonesia yang masih lemah, sehingga memungkinkan konsumen cenderung berpaling. Itulah berbagai dampak dan penyebab yang akan dihadapi Indonesia pada pasar bebas nanti, terkhusus konsumen Indonesia di industri fashion. Namun demikian, kita tetap yakin bahwa ada produk fashion Indonesia yang bisa menjadi primadona konsumen, yaitu batik. 

Batik hingga kini sudah menjalar di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, seluruh pelosok desa telah membudayakan batik melalui seragam sekolah mereka mulai dari SD hinga SMA, bahkan sebagian di dunia kerja telah mewajibkan menggunakan batik pada hari sabtu. Ini juga sebagai bukti bahwa di industri fashion yaitu batik sudah menjadi pilihan konsumen Indonesia. Tidak sebatas itu, di mancanegarapun telah banyak penikmat batik. Melalui penghargaan-penghargaan yang diterima di tingkat internasional termasuk ENESCO, batik layak diandalkan sebagai industri fashion yang mampu membuat mata para konsumen lokal maupun interlokal tertuju pada Indonesia. Konsumen Indonesia tak perlu berpaling karena batik produk unggulan.

Asean dan Solusi Untuk Konsumen...
Lantas solusi apa yang dapat digerakkan agar konsumen Indonesia menjadi konsumen cerdas, terkhusus di Industri fashion? Adapun langkah yang dapat ditempuh diantaranya: Pertama, mengedukasi konsumen Indonesia untuk menjadi konsumen yang cerdas memilih produk, bukan karena sisi harga murah atau mahal, melainkan kualitas dan manfaat bagi konsumen. Kedua, konsumen perlu menyadari bahwa batik adalah industri fashion Indonesia yang memang layak untuk dipilih dan dibudayakan. Ketiga, pemerintah perlu mengantisipasi adanya pembajakan batik Indonesia di industri fashion pada pasar bebas nanti. Keempat, pemerintah perlu menerapkan aturan dalam pasar bebas nanti terkait impor produk di industri fashion , agar konsumen kita dapat mengkonsumsi fashion yang layak tanpa harus ala barat. Kelima, membudayakan batik mulai dari anak-anak hingga dewasa sebagai simbolis style masyarakat Indonesia, agar konsumen luar merasa perlu menggunakannya. Keenam, menjadikan batik sebagai souvenir di tempat-tempat wisata melalui bebagai kreasi produk batik, karena para tour sebagian besar cinta batik. Ketujuh, masyarakat Indonesia harus menjadi konsumen cerdas memilih dalam arti memilih produk di industri fashion yang benar-benar memiliki nilai tinggi termasuk batik.

Sekilas itulah ilustrasi bagaimana konsumen Indonesia menghadapi pasar bebas, terkhusus di industri fashion. Masyarakat Indonesia sejogjanya menjadi konsumen yang penuh kehati-hatian, apalagi menjelang pasar bebas 2015 konsumen Indonesia akan diperhadapkan dengan berbagai produk termasuk produk fashion. Olehnya itu, sangat perlu bagi konsumen untuk jeli dalam memilih, peka dalam membeli dan paham apa yang dibeli. Konsumen cerdas memilih produk yang berkualitas, komsumen cerdas cinta produk lokal.  Cintai produkmu, hadirkan karyamu di Asean 2015. Melalui Industri fashion, Asean memanggil, Konsumen Indonesia takkan berpaling.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"JAMAL" Pemuda Penebar Harapan, Membawa Senyum di Pedesaan

dok: Jamaluddin You are different . Julukan yang layak bagi pria dengan nama sapaan Jamal. Pria kelahiran gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa Kanreapia, memiliki segudang mimpi dan harapan untuk mengubah peradaban di tanah kelahirannya. Niat dan panggilan jiwa mengetuk relung hati Jamal untuk menjadi bagian dari kemajuan tempat tinggalnya.   Jamal, pemuda yang lahir dan dibesarkan di lingkungan petani. Ayah ibunya berprofesi sebagai petani sayur. Latar belakang keluarga sebagai petani, menjadi dorongan utama bagi Jamal dalam memantapkan niatnya untuk berkontribusi pada kampung halamannya. Meski seorang anak petani, ia tetap memperjuangkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Tak hanya menamatkan pendidikan sarjananya, Jamal mampu membungkam cibiran orang-orang, bahwa meski anak petani, ia mampu bersuara di podium pascasarjana.   Berbekal pengetahuan di bangku kuliah, jamal berambisi mengubah paradigma masyarakat tentang gelar sarjana. Di saat para lulusan sarjan

David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran

  David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran Oleh: Akbar Tanjung, S.M. “Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang” . Lirik lagu Ebiet G Ade dengan judul ‘Berita Kepada Kawan’ memberi pesan bermakna pada manusia. Sebuah lagu dengan syair yang begitu tajam sebagai pengingat tentang alam. Alam tidak hanya membawa berkah tapi juga bencana. Bukan semata ujian sang pencipta, tapi terkadang alam murka dengan ulah manusia. Tak ingin melihat alam rusak dan terabaikan, pria pesisir punya cara tersendiri menyikapinya. David sapaan akrabnya. Pria kelahiran kabupaten pesisir selatan, memiliki kecintaan dan kepedulian lebih terhadap lingkungan. Hatinya tergerak membawa perubahan di tanah kelahirannya. Sebagai lulusan sarjana dengan latar belakang pendidikan ilmu kelautan, tentu bukan hal baru bagi David mengambil peran dal

Papa Nggak Usah Nyetir, Itu Berat Biar Aku Saja! Papa: Jangan Khawatir, Berkat Spooring dan Balancing Kini Jadi Ringan!

sumber: pikiranrakyat.com Mudik sudah menjadi salah satu tradisi di penghujung Ramadan. Berkumpul bersama keluarga hingga menikmati suasana kampung merupakan kenikmatan tersendiri dalam mengobati kerinduan. Di pertengahan Ramadan ini, sudah perlu merencanakan dan mempersiapkan segala kebutuhan mudik. Baju lebaran, makanan, ole-ole, angpao hingga kendaraan merupakan beberapa kebutuhan penting dalam menunjang kelancaran mudik. Tahukan Anda, jika kendaraan satu diantara kebutuhan yang penting dalam bermudik. Bagi Anda yang memiliki kendaraan khususnya roda empat tentu tidak perlu khawatir lagi, apapun merk mobil Anda liburan pasti jadi! Papa, Kok Berat Sih! Beberapa waktu lalu si Andi sering mengalami keluhan ketika mengendarai mobil milik ayahnya. Setir mobil nya agak berat ke kiri, setir mobil suka bergetar pada kecepatan tertentu, mobil kadangkala berbelok sendiri padahal sedang melaju lurus ke depan. Keluhan lainnya, mobil yang dikendarai seperti berjalan mirin