Pernah bekerja di salah satu perusahaan pelayaran terbesar di Indonesia,
telah memberikan pengalaman tersendiri bagi saya. Papua,yang
disebut-sebut sebagai daerah tertinggal menjadi tempat penugasan saya
sewaktu bekerja di pelayaran. Sempat menolak, namun karena dedikasi saya
menerima penugasan itu. First impression, Papua is different! Sangat berbeda!
Papua identik dengan keterbelakangan dan keterbatasan, khususnya dari
aspek ekonomi. Bila di kota-kota besar seperti Jakarta, politik menjadi
perbincangan hangat, berbeda dengan daerah atau kota yang berada di
bagian Timur Indonesia, kondisi ekonomi seringkali memicu perhatian
kita. Sebut saja Biak.
Biak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua. Berbicara soal
ekonomi, Biak masuk dalam kategori tertinggal. Rendahnya pembangunan
eknomi di Biak disebabkan oleh beberapa faktor. Kualitas SDM, SDA, modal
atau investasi maupun teknologi merupakan empat faktor penyebab
rendahnya pengembangan wilayah Papua, khususnya Biak.
Dari ke-empat faktor tersebut, teknologi
memliki peranan yang sangat penting. Teknologi tidak hanya menyangkut
sistem informasi, komunikasi tapi juga yang tak kalah penting adalah
transportasi. Transportasi menjadi sarana yang paling dibutuhkan di
kawasan Papua, tidak terkecuali Kota Biak. Transportasi merupakan sarana
utama yang digunakan untuk menghubungkan antardesa, antarkota hingga
antarpulau, mulai dari jalur darat, udara hingga laut. Berada di kawasan
tertinggal, terpencil dan terbelakang menjadi alasan pentingnya
transportasi di Kota Biak.
Satu pelajaran berharga dari Kota Biak, Biak is rich! Wisata
alam yang menakjubkan, hasil alam seperti kayu dan hasil ternak seperti
udang yang melimpah, hingga potensi tambang yang dapat menjadi sumber
penghasilan masyarakat Kota Biak.
Beranekaragam hasil alam di Kota Biak yang dapat didistribusikan ke
pulau lainnya hingga mancanegara, begitupun sebaliknya barang-barang
yang tidak tersedia di Biak dapat didistribusikan ke Biak, sehingga
demikian transportasi laut memiliki peranan yang sangat penting.
Transportasi laut menjadi pilihan utama dalam pendistribusian karena
terbilang murah jika dibandingkan dengan transportasi udara dan dari
segi kapasitas dan jenis barang, pengiriman transportasi laut lebih
unggul.
Papua dan Transportasi Laut (sebelum adanya Tol Laut)
Meskipun biaya distribusi menggunakan
jalur laut terbilang murah dibandingkan dengan udara, namun tidak
menjamin bahwa kebutuhan pokok juga akan murah di wilayah Papua. Papua
dikenal sebagai wilayah dengan harga kebutuhan pokok termahal di
Indonesia. Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi sandang, pangan dan
papan.
Pernahkah Anda membayangkan atau pernah berlibur di Biak lalu
berbelanja, berapkah uang yang Anda keluarkan untuk mendapatkan sebotol
air mineral kemasan 600 ml? Jika di Sulawesi atau Jawa, cukup dengan Rp
2.500 – Rp 3.000 untuk mendapatkan air mineral kemasan 600 ml, namun di
Biak Anda harus mengeluarkan uang sebesar Rp 6.000 – Rp 8.000
perbotolnya. Contoh lainnya, harga nasi padang sebesar Rp 30.000,- per porsinya,
semen seharga Rp 170.000,- per sak, beras seharga Rp 14.000,- per liter,
gula pasir seharga Rp 14.000,- per kilo dan daging ayam seharga Rp
50.000,- per kilo.
Ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pemain pasar transportasi
laut dikuasai oleh swasta bahkan beberapa titik dimonopoli oleh satu
perusahaan swasta, sehingga mereka dapat mematok harga yang tinggi.
Harga distribusi (logistik) inilah yang menyebabkan kebutuhan pokok di
wilayah Papua terbilang tinggi seperti di Kota Biak, pemain pasar hanya
PT Spil.
Kedua, rute transportasi yang tidak
menjangkau semua daratan Papua, sehingga memerlukan bantuan kapal kecil
untuk proses distribusi ke pulau-pulau kecil dan biaya distribusipun
akan naik yang berimbas pada harga kebutuhan pokok. Seperti pengiriman
dari Jakarta ke Fak-Fak, proses pendistribusiannya menghabiskan waktu
yang lama kurang lebih tiga minggu akibat rute yang tidak langsung
(pergantian kapal).
Ketiga, Jadwal kedatangan kapal ke wilayah
Papua yang tidak menentu yang menyebabkan pendistribusian kebutuhan
pokok terlambat sehingga barang yang tersedia berkurang dan hargapun
akan naik. Seperti halnya ke Biak hanya satu dua kapal dalam seminggu.
Proses pendistribusian inilah yang
menyebabkan harga kebutuhan pokok di Papua terbilang mahal. Melihat
keadaan ini, pemerintah telah mengambil dan melakukan langkah tepat yang
membantu memecahkan permasalahan disparitas harga di Indonesia.
Kebijakan Tol Laut adalah salah satu program pemerintah di era Jokowi
yang telah membantu kemajuan ekonomi di Papua, khususnya pemerataan
harga kebutuhan pokok.
Tol Laut Indonesia
Pada dasarnya konsep tol laut adalah sautu
jaringan transportasi laut dengan kapal atau sistem logistik kelautan
yang melayani tanpa henti dari Sabang hingga Merauke. Tol Laut merupakan
pengangkutan logistik yang dicetuskan oleh Presiden RI, Jokowi. Program
ini bertujuan untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di
nusantara dengan sasaran utama mengurangi disparitas harga.
Gagasan Tol Laut merupakan upaya
mewujudkan Nawa Cita pertama yakni memperkuat jati diri sebagai negara
maritim dan Nawa Cita ketiga yaitu membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa-desa dalam rangka negara
kesatuan. Tol Laut Indonesia sendiri beroperasi pada akhir 2015 dengan 6
trayek utama. Untuk tahun 2017 akan bertambah menjadi 13 trayek dan
tambahan kapal sebanyak 100 kapal. Kapal-kapal ini akan memuat hingga
ribuan teus.
Manfaat Tol Laut
Tol Laut hadir sebagai konsep keadilan dan
pemerataan di Indonesia, tidak terkecuali daratan Papua. Keberadaan Tol
Laut yang masih terbilang baru telah memberikan banyak manfaat kepada
masyarakat, seperti masyarakat di Papua. Hal ini berkaitan dengan
tingkat penurunan harga kebutuhan pokok. Dulunya di wilayah Papua
misalkan kota Biak, hanya ada satu sampai dua kapal tiap minggunya
(dengan estimasi 200 teus), sekarang ada Tol Laut yang dapat memuat
ribuan teus dengan biaya yang relatif murah. Hal ini juga terbukti
keberadaan Tol laut telah memangkas harga kebutuhan pokok dengan
persentase 20 hingga 30 persen.
Selain tingkat penurunan harga, ada
beberapa manfaat lain dari keberadaan Tol Laut, diantaranya: stabilitas
harga terjaga, sebagai sarana pengembangan ekonomi maritim, pendukung
ekspor-impor, komoditas daerah dan antarpulau terjaga, hingga dorongan
wirausaha masyarakat bertumbuh.
Bukti Nyata Tol Laut Indonesia
Berikut data perbandingan harga sebelum
dan setelah adanya Tol Laut. Data tahun 2014 dan 2016, diperoleh dari
pengalaman pribadi penulis saat berada di kota Biak, Papua.
Tabel: Data Harga Barang Sebelum dan Setelah adanya Tol Laut
Nama Barang | Harga sebelum Tol Laut (Rp) | Harga Setelah Tol Laut (Rp) | Penurunan (%) |
Air Mineral 600 ml | 6.000 | 4.000 | 33 |
Nasi Padang | 30.000 | 20.000 | 33 |
Semen 1 sak | 170.000 | 90.000 | 47 |
Beras 1 liter | 14.000 | 9.000 | 36 |
Gula Pasir 1 kg | 14.000 | 11.000 | 21 |
Daging Ayam 1 kg | 50.000 | 40.000 | 20 |
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa setelah adanya Tol Laut terjadi penurunan harga dengan kisaran
20-30 persen bahkan lebih. Melihat perubahan harga tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa keberadaan Tol Laut telah membawa perubahan bagi
masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat di wilayah Biak, Papua.
Dulunya Papua dikenal dengan harga tinggi,
sekarang bisa setara dengan wilayah timur bahkan wilayah barat lainnya.
Jokowi telah melakukan perubahan bagi bangsanya, Tol Laut telah
mengubah senyum Papua. Tol Laut Indonesia, Bangkitkan Senyum Masyarakat
Papua!
Referensi:
Spil.co.id
http://nasional.kompas.com/read/2017/02/09/21391601/program.tol.laut.pemerintah.tambah.7.rute.dan.10
Komentar
Posting Komentar