Langsung ke konten utama

Investasi Berawal dari Sadar Diri: Kisah Keluarga Ari Jadi Bukti dan Memberi Inspirasi

Gerobak Bakso dan Rumah baru Keluarga Ari


Pernahkah Anda membayangkan hidup di sebuah kontrakan berukuran 3 x 3 m bersama istri dan anak Anda dengan berbagai keterbatasan? Anda hanya bekerja sebagai buruh bangunan sementara istri Anda seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus anak. Dengan pekerjaan sebagai buruh bangunan, cukupkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga Anda? Berapapun penghasilan yang Anda peroleh dan darimana pun sumbernya akan selalu cukup jika kita pandai dalam mengelola penghasilan. Lantas, apa yang membuat seseorang seringkali tidak merasa cukup? Simak ulasannya melalui kisah nyata dari keluarga Ari.
Mengenal Lebih Dekat Keluarga Ari si Buruh Bangunan
Harisman yang biasa dipanggil Ari merupakan warga kota Palopo, Sulawesi Selatan. Ari tinggal dikontrakan sederhana bersama kedua anak dan istrinya. Anak pertama berusia 6 tahun sementara anak kedua berusia 3 tahun. Keluarga Ari masih memiliki ikatan keluarga dengan ibu saya. Sehari-harinya Ari berprofesi sebagai buruh bangunan dengan penghasilan perbulan sekitar Rp 2.000.000,- (tahun 2015).

Penghasilan Ari sebagai buruh bangunan harusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan rumah tanggannya, mulai dari sewa kontrakan (Rp 400.000,- sebulan) hingga kebutuhan pangan (Rp 1.600.000,-). Namun tidak demikian, Ari memiliki kebiasaan buruk yang seringkali membuat rumah tangganya tidak harmonis. Hampir setiap harinya sang istri menasehati, menegur hingga tak jarang ia marah kepada Ari, suaminya.

Ari adalah seorang perokok berat. Setiap harinya ia menghabiskan sebungkus rokok. Merokok sudah menjadi kebiasaannya sejak ia masih muda. Karena kebiasaan buruknya inilah seringkali ia berselisih paham dengan sang istri. Tidak mengenal pagi, siang, sore hingga malam, bungkusan rokok dan korek api itu tersimpan baik di saku celananya. Istrinya tak senang jika Ari memiliki kebiasaan merokok karena dapat merusak dirinya sendiri dan tentunya akan berdampak pada pengeluaran yang membengkak. Belum lagi asap rokok yang ia hisap kadang mengganggu buah hatinya.

Kebiasaan merokok Ari menjadi salah satu pengeluaran terbesar rumah tangganya. Jika diilustrasikan, setiap harinya Ari menghabiskan sebungkus rokok dengan harga Rp 16.000,- (harga 2015) itu berarti dalam sebulan Ari harus menguras isi dompet sebesar Rp 480.000,-. Jika dipersentasekan sekitar 24% pengeluaran Ari hanya untuk konsumsi rokok. Sementara sisa dari penghasilan Ari sebesar 76% digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, bayar sewa kontrakan, kebutuhan anak hingga biaya tak terduga lainnya.

Namun seringkali istri dihadapkan pada kekurangan. Anaknya yang masih berusia 3 tahun juga perlu disisihkan uang untuk konsumsi susu si bayi. Konsumsi susu mencapai Rp 300.000,- perbulan. Belum lagi, jika si bayi dalam kondisi sakit tentunya membutuhkan biaya pengobatan. Keinginan sang istri, Ari berhenti dari kebiasaannya sehingga pengeluaran dapat dikendalikan dan digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Jika saja Ari tidak merokok dia bisa mempunyai tabungan sekitar 5-6 jutaan dalam setahun. Tentunya ini bisa digunakan untuk kebutuhan di masa depan seperti pendidikan anak dan juga modal usaha. Namun tidak demikian, Ari belum menyadari akan buruknya rokok.

Hingga suatu ketika, tepat diakhir tahun 2015 anak bungsunya masuk Rumah Sakit dan perlu penanganan medis. Si bayi menderita gangguan pernafasan, hasil diagnosa dokter penyakit tersebut disebabkan oleh asap rokok yang dihirup oleh si bayi. Kejadian itu membuat Ari dan keluarga merasa terpukul. Ari merasa iba dan prihatin dengan kondisi anaknya. Setelah kejadian inilah Ari mulai menyadari kesalahannya dan memutuskan untuk tidak merokok lagi.

Sadar dari Kesalahan, Hal Tak Terduga Pun Ari Lakukan
Menyadari kesalahan dan kebiasaan buruknya, Ari kini tidak berteman lagi dengan rokok. Meski beberapa bulan setelah anaknya dirawat di Rumah Sakit ia masih menyentuh rokok, namun perlahan ia mampu meninggalkan kebiasaannya. Kesadaran membuatnya punya inisiatif untuk menabung. Setiap hari Ari menyisihkan Rp 16.000,- dan setiap kali ia mengingat rokok ia kembali menabung uang tersebut. Setiap harinya Ari melakukan hal itu tanpa sepengetahuan sang istri. Ari mulai menabung di bulan Maret 2016. Hingga terkumpullah uang sebanyak Rp 4.800.000,- selama 10 bulan.

Setelah 10 bulan lamanya, ia pun menceritakan ke sang istri mengenai tabungan yang ia miliki. Ari menyampaikan niatnya jika ingin membuka usaha kecil-kecilan agar hidup tidak bergantung pada buruh bangunan lagi. Istripun mendukung niat baik suaminya. Ari memutuskan menggunakan tabungannya untuk membuat gerobak bakso dan membeli bahan baku keperluan usahanya.

Per Januari 2017, Ari mulai berjualan bakso dengan gerobak dorongnya. Ia menjajakan baksonya setiap hari dari jam 9 pagi hingga jam 7 malam. Omset yang ia peroleh berkisar Rp 300.000,- hingga Rp 700.000,- perharinya. Omset ini ia gunakan kembali untuk membeli kebutuhan bakso diesok harinya. Namun, sang istri selalu menyisihkan Rp 150.000,- dari omset yang diperoleh Ari. Istri berinisiatif untuk menabung Rp 150.000,- setiap harinya.

Usaha Ari semakin lancar, di tahun 2018 keluarga Ari membeli sebuah rumah yang tak jauh dari tempat tinggal ia sebelumnya. Dengan tabungan yang dikumpulkan sang istri selama setahun, keluarga Ari mampu membeli rumah layak huni meskipun dengan cicilan. Uang yang disisihkan sang istri dari omset harian Ari berhasil terkumpul sebanyak Rp 54.000.000,- dalam setahun. Ia pun menggunakan uang tersebut untuk uang muka rumah dan sebagian untuk pendidikan anak pertamanya yang sudah masuk sekolah.

Menabung Cara Terbaik Mengelola Keuangan Keluarga
Ari yang dulunya seorang perokok dapat meyisihkan uang Rp 16.000,- perhari sehingga dalam 10 bulan ia telah memiliki tabungan sebesar Rp 4.800.000,-. Lalu tabungan tersebut ia gunakan untuk modal usahanya. Dalam perjalanan usahanya, Ari kembali melakukan hal yang serupa yaitu menyisihkan sebagian omset hariannya sebesar Rp 150.000,- perhari sehingga dalam setahun ia telah memiliki tabungan sebanyak Rp 54.000.000,-. Kemudian hasil tabungan tersebut ia gunakan untuk membeli rumah dan pendidikan anaknya.

Ulasan di atas sebagai contoh bagaimana mengatur keuangan rumah tangga. Apapun impian Anda, menabung adalah cara terbaik dalam mewujudkannya. Menabung tak perlu dengan rupiah besar, menabung dengan nominal kecilpun akan membuahkan hasil asal kita rutin dan niat melakukannya.

Kisah Keluarga Ari Memberi Pelajaran Berarti
Ulasan di atas merupakan kisah nyata dari keluarga Ari. Penulis merangkum informasi berdasarkan obrolan dengan istri Ari melalui whatsapp. Banyak pelajaran berharga yang tersampaikan dalam kisah Ari.

Pertama, menabung tak harus memiliki penghasilan yang besar, menabung bisa dimulai dari hal yang kecil. Menabung dengan nominal kecil juga jauh lebih baik ketika kita rutin melakukannya.

Kedua, menabung bukan kewajiban tapi suatu kebutuhan. Menabung harus diawali dari kesadaran diri sendiri sehingga pengeluaran-pengeluaran yang tidak bermanfaat dapat dialihkan menjadi tabungan.

Ketiga, menabung cara terbaik dalam mewujudkan mimpi. Dengan menabung masa depan akan lebih terarah. Kita dapat merencanakan pendidikan anak, membeli rumah, mengembangkan usaha dan rencana kehidupan lainnya di masa mendatang.

Semoga ulasan di atas dapat menginspirasi kita. Kisah keluarga Ari adalah satu dari sekian banyak orang yang telah melakukan perubahan berarti dalam hidupnya. Investasi ataupun menabung dimulai dari sadar diri, kisah keluarga Ari jadi bukti dan memberi inspirasi. Ayo menabung untuk masa depan yang lebih baik!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"JAMAL" Pemuda Penebar Harapan, Membawa Senyum di Pedesaan

dok: Jamaluddin You are different . Julukan yang layak bagi pria dengan nama sapaan Jamal. Pria kelahiran gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa Kanreapia, memiliki segudang mimpi dan harapan untuk mengubah peradaban di tanah kelahirannya. Niat dan panggilan jiwa mengetuk relung hati Jamal untuk menjadi bagian dari kemajuan tempat tinggalnya.   Jamal, pemuda yang lahir dan dibesarkan di lingkungan petani. Ayah ibunya berprofesi sebagai petani sayur. Latar belakang keluarga sebagai petani, menjadi dorongan utama bagi Jamal dalam memantapkan niatnya untuk berkontribusi pada kampung halamannya. Meski seorang anak petani, ia tetap memperjuangkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Tak hanya menamatkan pendidikan sarjananya, Jamal mampu membungkam cibiran orang-orang, bahwa meski anak petani, ia mampu bersuara di podium pascasarjana.   Berbekal pengetahuan di bangku kuliah, jamal berambisi mengubah paradigma masyarakat tentang gelar sarjana. Di saat para lulusan sarjan

David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran

  David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran Oleh: Akbar Tanjung, S.M. “Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang” . Lirik lagu Ebiet G Ade dengan judul ‘Berita Kepada Kawan’ memberi pesan bermakna pada manusia. Sebuah lagu dengan syair yang begitu tajam sebagai pengingat tentang alam. Alam tidak hanya membawa berkah tapi juga bencana. Bukan semata ujian sang pencipta, tapi terkadang alam murka dengan ulah manusia. Tak ingin melihat alam rusak dan terabaikan, pria pesisir punya cara tersendiri menyikapinya. David sapaan akrabnya. Pria kelahiran kabupaten pesisir selatan, memiliki kecintaan dan kepedulian lebih terhadap lingkungan. Hatinya tergerak membawa perubahan di tanah kelahirannya. Sebagai lulusan sarjana dengan latar belakang pendidikan ilmu kelautan, tentu bukan hal baru bagi David mengambil peran dal

Papa Nggak Usah Nyetir, Itu Berat Biar Aku Saja! Papa: Jangan Khawatir, Berkat Spooring dan Balancing Kini Jadi Ringan!

sumber: pikiranrakyat.com Mudik sudah menjadi salah satu tradisi di penghujung Ramadan. Berkumpul bersama keluarga hingga menikmati suasana kampung merupakan kenikmatan tersendiri dalam mengobati kerinduan. Di pertengahan Ramadan ini, sudah perlu merencanakan dan mempersiapkan segala kebutuhan mudik. Baju lebaran, makanan, ole-ole, angpao hingga kendaraan merupakan beberapa kebutuhan penting dalam menunjang kelancaran mudik. Tahukan Anda, jika kendaraan satu diantara kebutuhan yang penting dalam bermudik. Bagi Anda yang memiliki kendaraan khususnya roda empat tentu tidak perlu khawatir lagi, apapun merk mobil Anda liburan pasti jadi! Papa, Kok Berat Sih! Beberapa waktu lalu si Andi sering mengalami keluhan ketika mengendarai mobil milik ayahnya. Setir mobil nya agak berat ke kiri, setir mobil suka bergetar pada kecepatan tertentu, mobil kadangkala berbelok sendiri padahal sedang melaju lurus ke depan. Keluhan lainnya, mobil yang dikendarai seperti berjalan mirin