Langsung ke konten utama

Cegah Stunting Pada Anak, Rokok Harus Mahal

sumber: sosial media KBR

Ketika Anda melihat seorang anak yang memiliki tubuh kurus seperti orang yang kekurangan gizi, bagaimana perasaan Anda? Ketika Anda mengetahui bahwa anak tersebut berasal dari keluarga miskin yang tak mampu memenuhi gizi anaknya, apa yang akan Anda lakukan? Ketika Anda melihat kondisi keluarga si anak yang sebenarnya mampu membeli makanan bergizi, namun karena pengeluaran yang tidak bermanfaat membuat si anak tidak terawat dengan baik, apa tindakan Anda? Setelah Anda menelusuri, ternyata orangtua adalah penyebab anak memiliki tubuh kurus hingga kekurangan gizi, bagaimana Anda menanggapinya?

Indonesia merupakan salah satu negara yang ditetapkan oleh WHO sebagai negara yang memiliki gizi buruk. Sekitar 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia adalah penderita stunting. Jika dipersentasekan angka itu mencapai 35,6 persen, sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Salah satu faktor penyebab tingginya penderita stunting adalah konsumsi rokok pada orang tua.

Keberadaan rokok bisa menjadi pemicu stunting pada anak. Pusat Kajian Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) meluncurkan hasil penelitian yang membuktikan, konsumsi rokok pada orang tua dapat mengakibatkan anak stunting. Selain itu, penelitian Indonesian Family Life Survey (IFLS) terhadap data dari tahun 1997-2014 menunjukkan perilaku merokok telah berdampak pada kondisi stunting anak-anak yang terlihat dari tinggi dan berat badan.

Konsumsi Rokok dan Stunting pada Anak

sumber: portalsatu.com

Konsumsi rokok di Indonesia masih terbilang sangat tinggi. Hal yang mengejutkan ketika kita mengetahui bahwa perokok di Indonesia, 70 persennya berasal dari masyarakat miskin. Banyak dari mereka yang hanya berprofesi sebagai buruh, tukang ojek, tukang becak menjadi pecandu rokok. Bahkan mereka bisa menghabiskan satu hingga dua bungkus rokok dalam sehari. Bisa kita bayangkan, berapa rupiah yang mereka harus keluarkan dengan penghasilan yang seadanya, sementara masih banyak kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi.

Konsumsi rokok yang dilakukan oleh orang tua akan berdampak pada anak yang bisa menyebabkan stunting. Stunting di sini tidak hanya menyangkut tinggi dan berat badan, tapi juga masalah kesehatan dan kecerdasan otak si anak. Berikut beberapa dampak dari rokok yang menjadi penyebab stunting pada anak:

1. Kekurangan Gizi
Anak yang memiliki berat badan kurus dan bertubuh pendek dapat digolongkan sebagai anak yang kekurangan gizi. Kekurangan gizi anak bisa dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang kurang dan makanan yang kurang bergizi. Bagi masyarakat miskin, banyak diantara mereka yang tidak memperhatikan gizi anak. Mereka hanya memberikan makanan seadanya kepada si anak tanpa memperhatikan nilai gizi pada makanan tersebut. Alasan klasik orang tua karena tidak memiliki cukup uang.

Sementara untuk membeli sebungkus rokok tidak pernah terlupakan. Konsumsi rokok orang tua yang tinggi menjadi penyebab anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik. Orang tua lebih mementingkan rokok dibandingkan memperhatikan asupan gizi anak. Pengeluaran yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan pangan justru harus ditekan akibat pengeluaran konsumsi rokok orang tua yang tinggi.

Jika orang tua hanya berpenghasilan 2.000.000 sebulan, sementara konsumsi rokok satu bungkus perhari dengan harga 18.000 perbungkus maka ia harus mengeluarkan uang sebanyak 540.000 hanya untuk konsumsi rokok. Pengeluaran sebesar inilah yang menggeser kebutuhan pangan termasuk pemenuhan gizi si anak.

Bukan hanya masalah besarnya pengeluaran konsumsi rokok, asap rokok juga turut mempengaruhi gizi anak. Makanan yang masuk ke dalam tubuh si anak akan bercampur dengan paparan asap rokok, sehingga penyerapan makanan di dalam tubuh si anak akan terganggu. Hal inilah mengakibatkan anak tidak mendapatkan asupan nutrisi dari makanan tersebut dan menyebabkan si anak kekurangan gizi.   

2. Kecerdasan Otak
Paparan asap rokok dapat merusak organ tubuh termasuk otak karena adanya zat kimia berbahaya yang menyerang otak si anak. Asap rokok yang dihirup oleh si anak dapat berdampak pada kecerdasan si anak di masa mendatang.  

3. Kesehatan Anak
Berdasarkan hasil kajian pada program Radio Ruang Publik KBR memaparkan hasil bahwa asap rokok dapat bertahan 3 hingga 4 jam. Asap rokok tersebut dapat menempel di mana saja, seperti dinding rumah, perabot rumah, pakaian si perokok dan tempat lain yang dijangkau oleh asap rokok.

Meskipun si perokok tidak berada di dekat si anak, namun anak dapat terpapar asap rokok melalui pakaian si perokok. Asap rokok yang menempel pada dinding rumah juga akan berdampak pada kesehatan si anak. Lebih mirisnya lagi, sekitar 6000 hingga 7000 bahan kimia terkandung dalam rokok yang tentunya dapat membahayakan si anak.

Cegah Stunting pada Anak, Rokok Harus Mahal


Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh rokok, maka seharusnya kita perlu melakukan pencegahan agar stunting pada anak tidak merajalela. Cara yang paling bijak dalam mencegah stunting pada anak adalah menaikkan harga rokok. #rokokharusmahal demi keselamatan generasi bangsa. Dengan harga #rokok50ribu diharapkan konsumsi rokok mengalami penurunan dan pedagang dapat mengurangi persediaan rokok.

Kenaikan harga rokok hingga 50 ribu harus dimulai dengan menaikkan cukai rokok. Di sini dibutuhkan peran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam membuat regulasi yaitu menaikkan cukai rokok hingga 150%. Dengan demikian, cukai rokok yang tinggi akan berimbas pada kenaikan harga rokok. Dan pedagang akan mengurangi persediaan rokok yang pada gilirannya, produsen rokok akan mengurangi produksi rokok.

#rokokharusmahal untuk mencegah stunting pada Anak. Selamatkan generasi bangsa dari bahaya rokok. Kita harus mendukung #rokok50ribu. Jika Anda mendukung “Rokok Harus Mahal” silakan tandatangani petisinya di Change.org/rokokharusmahal  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran

  David Hidayat “Pejuang Kemanusiaan”: Bersahabat dengan Lingkungan, Peduli Masyarakat Pinggiran Oleh: Akbar Tanjung, S.M. “Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang” . Lirik lagu Ebiet G Ade dengan judul ‘Berita Kepada Kawan’ memberi pesan bermakna pada manusia. Sebuah lagu dengan syair yang begitu tajam sebagai pengingat tentang alam. Alam tidak hanya membawa berkah tapi juga bencana. Bukan semata ujian sang pencipta, tapi terkadang alam murka dengan ulah manusia. Tak ingin melihat alam rusak dan terabaikan, pria pesisir punya cara tersendiri menyikapinya. David sapaan akrabnya. Pria kelahiran kabupaten pesisir selatan, memiliki kecintaan dan kepedulian lebih terhadap lingkungan. Hatinya tergerak membawa perubahan di tanah kelahirannya. Sebagai lulusan sarjana dengan latar belakang pendidikan ilmu kelautan, tentu bukan hal baru bagi David mengambil peran dal

"JAMAL" Pemuda Penebar Harapan, Membawa Senyum di Pedesaan

dok: Jamaluddin You are different . Julukan yang layak bagi pria dengan nama sapaan Jamal. Pria kelahiran gowa, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa Kanreapia, memiliki segudang mimpi dan harapan untuk mengubah peradaban di tanah kelahirannya. Niat dan panggilan jiwa mengetuk relung hati Jamal untuk menjadi bagian dari kemajuan tempat tinggalnya.   Jamal, pemuda yang lahir dan dibesarkan di lingkungan petani. Ayah ibunya berprofesi sebagai petani sayur. Latar belakang keluarga sebagai petani, menjadi dorongan utama bagi Jamal dalam memantapkan niatnya untuk berkontribusi pada kampung halamannya. Meski seorang anak petani, ia tetap memperjuangkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Tak hanya menamatkan pendidikan sarjananya, Jamal mampu membungkam cibiran orang-orang, bahwa meski anak petani, ia mampu bersuara di podium pascasarjana.   Berbekal pengetahuan di bangku kuliah, jamal berambisi mengubah paradigma masyarakat tentang gelar sarjana. Di saat para lulusan sarjan