Oleh: Akbar Tanjung, SM
dok. Rizki |
“Seribu orang tua bisa bermimpi, satu
orang pemuda bisa mengubah dunia” – Bung Karno
“Apa pun yang dilakukan oleh
seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi
bangsanya dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya” – Ki
Hadjar Dewantara
Kutipan
dua tokoh inspiratif di atas memberi pesan mendalam bagi pemuda. Pemuda bukan
tentang siapa yang muda, tapi bagaimana ia hidup memberi makna. 28 Oktober
lalu, Indonesia memperingati hari sumpah pemuda, hari yang mengingatkan pada
kita semua tentang perjuangan pemuda dalam melawan penjajah dan meraih
kemerdekaan Indonesia. Saat ini pemuda memikul tugas berat di pundaknya, ini
bukan tentang cara melawan penjajah tapi ini tentang cara memperjuangkan
bangsa.
Rizki,
satu dari jutaan pemuda tanah air yang memiliki semangat nasionalisme tinggi. Pemuda
kelahiran Jombang ini merupakan lulusan S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hatinya terpanggil untuk menjadi bagian dari kemajuan
kampung halamannya.
Pria
dengan nama lengkap Rizki Hamdani, kini berprofesi sebagai wiraswasta yang
bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa. Meski Rizki tengah disibukkan
dengan bisnis yang digelutinya, ia tidak melupakan mimpi besarnya untuk memberi
arti dan manfaat bagi tempat tinggalnya.
Kab. Jombang, di kampung halaman Rizki, ia
melihat semakin rendahnya minat generasi muda untuk bertani. Salah satu
penyebabnya karena digitalisasi yang terus berkembang, di mana anak muda
cenderung menghabiskan waktu uuntuk bersosial media daripada mengisi waktu
luang dengan kegiatan yang lebih berguna.
Jiwa sosial dan rasa peduli mengetuk hati
Rizki untuk bersuara di kampung halamannya. Melalui program Penggerak Kelompok
Santri Tani Milenial dan Integrated Farming
System, Rizki menggerakkan para generasi muda untuk lebih peka dan cinta
terhadap kekayaan alam dan lingkungan sekitarnya.
“Saya gelisah melihat anak muda jaman sekarang yang enggan turun ke sawah, enggan bermain tanah dan kotoran apalagi terjun di dunia pertanian. Saya khawatir di masa mendatang generasi muda tidak ada lagi yang mau bertani, padahal pertanian adalah kekayaan alam Indonesia khususnya di Kab. Jombang” Ungkap Rizki dalam obrolan Whatsapp.
Berawal dari Kegelisahan, Rizki Turun Tangan
Rendahnya minat generasi muda untuk bertani apalagi turun ke sawah menjadi motivasi utama bagi Rizki untuk turut berkontribusi. Baginya, Indonesia khususnya kabupaten Jombang memiliki potensi pertanian yang besar, namun tidak didukung dengan SDM khususnya generasi muda yang peka dengan potensi tersebut. Hal ini membuat Rizki gelisah dengan kondisi anak muda jaman sekarang. Kegelisahan ini yang kemudian menggerakkan hati pria kelahiran Jombang tersebut untuk menggagas program pemberdayaan “Penggerak Kelompok Santri Tani Milenial dan Integrated Farming System”.
Program Penggerak Kelompok
Santri Tani Milenial dan Integrated
Farming System merupakan program yang bergerak di bidang pertanian dan
lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan regenerasi petani di masa depan. Sasaran
utama program tersebut yaitu para santri di kabupaten Jombang. Melalui program
yang digagas, Rizki memberdayakan para santri milenial dalam mengelola
pertanian yang terintegrasi. Pertanian yang dimaksud meliputi sub sektor
peternakan, holtikultura, tanaman pangan dan perkebunan. Sementara terintegrasi
(Integrated Farming System) merupakan
metode pertanian yang berfokus pada pemanfaatan limbah sehingga tidak ada
limbah yang terbuang percuma.
dok. Rizki |
Pria
kelahiran 1986 ini, memiliki mimpi dan jiwa sosial yang tinggi dalam
memajukan pertanian di lingkungan pesantren. Meski latar belakang pendidikan
tidak bersentuhan langsung dengan program yang digagas, namun dengan tekad yang
kuat, Rizki terus bercita-cita mencetak generasi santri yang unggul dalam
pertanian.
“Program ini saya jalankan tidak ada hubungannya sama sekali dengan latar belakang pendidikan saya, sebenarnya hanya murni karena kegelisahan sebagai anak muda yang punya mimpi” Sambung Rizki yang dihubungi via Whatsapp. Menggagas dan menjalankan program gerakan santri tani milenial tentu bukan hal yang mudah bagi Rizki. Banyak hambatan dan tantangan yang harus dilewati. Tantangan terbesar bagaimana memberikan motivasi generasi muda santri agar memiliki semangat yang tinggi untuk bertani. “Berbicara soal pertanian bukan perkara mudah, semangat santri yang naik turun itu jadi tantangan tersendiri” Ungkap Rizki. Tidak hanya persoalan semangat santri yg naik turun, pendanaan kerap kali menjadi hambatan. “Yang tidak terlupakan adalah persoalan modal. Ini berkaitan dengan modal awal karena tidak semua pesantren atau yayasan memiliki modal untuk memulai. Tapi Alhamdulillah, atas kerja sama dengan pesantren dan pihak luar perlahan bisa terealisasi. Awalnya saja sih akan sedikit terkendala dengan modal, selanjutnya Insya Allah sudah aman dan lancar” Respon Rizki terkait pendanaan awal program. Keberadaan pesantren tradisional di lingkungan tempat tinggal Rizki juga menjadi salah satu alasan baginya untuk berbuat lebih. Kegelisahan pria 37 Tahun itu semakin menucak ketika menemukan pesantren di lingkungan sekitarnya tidak memiliki kurikulum formal sementara kearifan lokal kurang tersentuh. Belum lagi permasalahan digitalisasi yang terus berkembang dan mengikis nilai-nilai agama di pesantren seperti maraknya kasus anak bunuh diri, pembulian hingga pelecehan seksual. Ia berambisi untuk membawa perubahan bagi anak-anak santri dapat tumbuh dengan ilmu agama yang tentunya dibekali dengan kearifan lokal. “Saya ingin melihat anak-anak santri, para generasi penerus bangsa bisa hidup mandiri. Target saya bisa melihat santri dan pesantren minimal memiliki kemandirian pangan. Program ini juga bisa meningkatkan semangat berwirausaha para santri sejak dini dan punya passion di bidang pertanian yang potensinya begitu besar khususnya di Kabupaten Jombang” Ungkap Rizki dengan nada ambisius. Wujudkan Petani Milenial melalui Integrated Farming System Integrated Farming System merupakan sistem pertanian berbasis zero waste (nol limbah) yang digagas dan
dikembangkan oleh pria yang akrab disapa Rizki. Melalui sistem pertanian
terpadu, tidak ada lagi limbah yang terbuang percuma. Limbah pertanian untuk
pakan ternak, limbah ternak untuk pupuk pertanian dan limbah perikanan untuk
mengairi pertanian. |
Pesantren Fathul Ulum menjadi sasaran utama dan pilot project pengembangan Integrated Farming System yang digalakkan oleh Rizki. Pesantren Fathul Ulum sejak saat itu belum menerapkan pendidikan formal seperti pesantren modern pada umumnya. Sejak Tahun 2017, Rizki mengajak pengelola pesantren untuk bersama-sama menjadikan kegiatan bertani sebagai pelengkap kurikulum pesantren.
Jombang, salah satu wilayah yang memiliki potensi pertanian yang besar. Dengan potensi ini pula memotivasi Rizki menjadi bagian dari kemajuan pertanian di tempat tinggalnya melalui pemberdayaan generasi muda santri. Angka statistik menunjukkan bahwa keberadaan sektor pertanian Kab. Jombang menjadi Top 3 sumber PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dalam kurun tiga tahun berturut-turut.
Integrated Farming System yang digagas berasal dari berbagai sub sektor pertanian, diantaranya sub sektor holtikultura, sub sektor peternakan, sub sektor tanaman pangan maupun sub sektor perkebunan. Berkat kerja kerasnya, Rizki dan Santri telah menghasilkan berbagai komoditas, mulai beras sorgum, domba, sapi, perikanan, tanaman horti, dan tanaman buah lainnya. Selain hasil pertanian, program ini juga telah memproduksi pupuk organik yang berbahan dasar kotoran ternak.
“Kami selalu memastikan bahwa pengelolaan pertanian tidak hanya berorientasi pada produk yang dihasilkan, tapi juga memperhatikan lingkungan sekitar. Zero waste adalah misi kami yang menjadi pembeda” Pungkas Rizki dalam obrolan whatsapp.
Meski awalnya program ini menjawab keresahan generasi muda yang enggan bertani, Rizki tak menapik jika program ini juga berorientasi pada profit. “Semuanya pasti ada unsur profitnya demi keberlangsungan program, tapi itu dikelola santri sendiri. Modal awal kami itu mandiri dari pihak pesantren, namun karena program ini semakin dikenali sehingga banyak pihak yang terlibat turut membantu program kami” Rizki.
Gagasan Santri Tani Milenial dikenal luas di Indonesia. Hingga saat ini sudah memiliki 40 kelompok santri tani milenial di Jombang dan berjejaring dengan 120 KSTM (Kelompok Santri Tani Milenial) se-Indonesia. Dari tahun 2017, partisipasi pesantren terus bertambah khususnya pesantren salaf (tradisional).
Menariknya
lagi, program ini sudah memiliki penangkaran benih sendiri serta pengolahan
tepung dan beras sorgum. Untuk produk beras sorgum sudah memiliki merk dan
dipasarkan ke masyarakat luas dengan merk “Santri Kebon” yang dapat ditemukan
diberbagai market place online dan
offline. Program Santri Tani Milenial juga terus melebarkan sayap hingga
menjadi penyedia pupuk organik pada dinas pertanian kabupaten Jombang.
dok. Rizki |
dok. Rizki |
Sistem
yang berjalan di pesantren itu adalah bagi hasil. Kegiatan wirausaha pertanian
dikelola oleh BUMP (Badan Usaha Milik Pesantren) untuk memisahkan harta kekayaan
pesantren dan aset yayasan. Kyai tidak boleh berbisnis di dalam pesantren, tapi
diperbolehkan menjadi investor. Dari keuntungan usaha akan di bagi 40% untuk
investor, 30% santri yang bekerja, 20% untuk BUMP yang mengelola, dan 10% untuk
infaq (subsidi santri yang berasal dari kalangan tidak mampu).
Lebih lanjut, Rizki menambahkan jika program yang digagas bukan semata untuk mencari keuntungan pribadi karena satu sama lain saling melengkapi. “Urusan saya dalam mengelola santri hanya urusan sosial, karena bagi kami santri di pesantren ada istilah pengabdian” Rizki
Keberadaan
program Santri Tani Milenial ini telah membawa dampak dan manfaat yang begitu
besar, diantaranya:
Pertama, Terciptanya kemandirian pangan santri melalui gerakan bertani di lingkungan pesantren. komoditas yang dihasilkan oleh santri dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan pesantren
Kedua, semakin banyaknya pesantren tradisional yang berpartisipasi dan termotivasi untuk melakukan hal serupa yaitu bertani
Ketiga, Peningkatan ekonomi dan finansial santri dan pesantren melalui produk-produk yang dihasilkan. Hingga saat ini, peningkatan pendapatan yang diperoleh sekitar 60 juta setiap bulannya
Keempat, dukungan dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun swasta untuk menjadi investor, pemasok ataupun pembeli
Kelima, lahirnya regenerasi petani di masa mendatang yang akan turut andil dalam memajukan pertanian dan lingkungan Indonesia.
Motivasi, Prestasi dan Mimpi untuk Pertanian Indonesia
Berkat niat, usaha dan semangat Rizki dalam menggerakkan petani milenial di kalangan pesantren, kini para santri memiliki kemandirian pangan dan ekonomi. Tidak terbatas pada pengetahuan pendidikan saja yang mereka dapatkan, tapi juga pengalaman yg bermanfaat.
Atas dedikasi
Rizki yang luar biasa untuk anak muda dan Indonesia, Rizki telah mendapatkan
berbagai penghargaan. Salah satu penghargaan tersebut adalah Pemenang Satu
Indonesia Awards kategori Lingkungan yg dianugerahi oleh Astra pada Tahun 2020.
Lewat program Integrated Farming System
ini juga membawa Rizki meraih Juara 3 Inovasi Desa dan Juara 1 Video dokumenter
santri se-Jawa Timur
dok. Rizki |
Tidak berpuas diri dengan Penghargaan yang diraih, Rizki tetap melanjutkan perjuangannya sampai saat ini. Baginya ini bukan tentang bagaimana memperoleh penghargaan dan pengakuan, tapi terlebih bagaimana memberi kebermanfaatan bagi manusia dan lingkungan. “Sebaik-baik manusia ialah yang memberi manfaat untuk sesamanya” tutur Rizki yang dihubungi via Whatsapp
Pemuda kelahiran Jombang ini menaruh harapan besar, jika di tangan generasi muda lah yang akan menyelamatkan pertanian negeri ini. “Harapan saya kedepannya program ini harus menjadi concern pemerintah, khususnya kementerian pertanian dan kementerian agama. Dengan kemandirian pondok pesantren, saya berharap pesantren tidak hanya menjadi tempat mencetak kyai atau guru ngaji, tapi juga tempat mencetak job seeker atau job kreator lainnya, khususnya dibidang pertanian. Pertanian kita harus diselamatkan, karena pertanian adalah benteng pertahanan terakhir negeri ini” Respon Rizki tentang Harapan untuk pertanian Indonesia.
Fase demi fase yang dilalui bersama para tani milenial dari pesantren membawa Rizki dan programnya semakin dikenali. Ia terus menularkan kebaikan dan mengajak generasi muda untuk bangkit bersama membangun pertanian Indoensia. Melalui media yang meliputnya seperti Tempo, Kompas, Republika, Kumparan, Jawa Post, Solo Post, Times Indonesia, NU Online dan media lainnya, Rizki terus menyuarakan dan mengedukasi anak muda untuk membangun pertanian Indonesia dimulai dari lingkungan sekitar.
Melalui program “Penggerak Kelompok Santri Tani Milenial dan Integrated Farming System” yang digagas
dan dikembangkan oleh pria dengan nama lengkap Rizki Hamdani, perlahan
mematahkan argumen sebagian masyarakat bahwa pertanian bukanlah profesi yang
menjanjikan. Ia memberi bukti, bukan sekedar basa-basi. Rizki dan Santri
bergerak untuk pertanian Indonesia lebih maju, berdaya saing dan bernilai ekonomi.
Komentar
Posting Komentar